Kompas.com - Ulasan mengenai pentingnya penggunaan
antibiotik secara rasional untuk anak sudah sering dibahas. Tetapi efek
samping yang baru diketahui hanyalah sebatas efek resistensi kuman.
Padahal, penggunaan antibiotik secara berlebihan dapat memicu timbulnya
penyakit kronik.
"Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
diduga menjadi pemicu banyaknya kasus penyakit obesitas, diabetes tipe
1, alergi dan asma, yang kini jumlahnya naik dua kali lipat," kata
Martin Blaser, profesor mikrobiologi dari New York University Langone
Medical Center, AS.
Manusia juga sering disebut meta-organisme,
karena banyaknya jumlah dan volume mikroba yang hidup dalam tubuh kita.
Mereka hidup di usus, kulit, bahkan pusar.
Penelitian
menunjukkan mikroba tersebut banyak yang memberi manfaat kesehatan,
misalnya membantu tubuh mendapatkan vitamin K, energi, dan mencegah
timbulnya penyakit autoimun.
Sementara itu antibiotik yang
berasal dari kata anti dan bios (hidup, kehidupan), berarti suatu zat
yang bisa membunuh dan melemahkan suatu makhluk hidup, yakni
mikro-organisme seperti bakteri, parasit, atau jamur. Namun ia tidak
membunuh virus.
Antibiotik memang obat ajaib dan ia telah berjasa
meningkatkan usia harapan hidup manusia. Sayangnya dokter kerap dengan
mudahnya meresepkan antibiotik, termasuk untuk penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh virus.
Blasser yang puluhan tahun meneliti
bakteri menemukan, penggunaan antibiotik yang tidak rasional memberi
dampak lebih besar tapi kurang disadari, yakni mengubah komunitas
mikroba dalam tubuh.
Dugaan itu diperkuat oleh penelitian tahun
2010 yang menemukan antiotik menyebabkan perubahan populasi mikroba di
usus secara drastis dan tidak akan pernah bisa kembali menjadi normal.
Riset lain menunjukkan antibiotik menyebabkan timbulnya bakteri super
dalam tubuh yang bisa bertahan sampai 3 tahun.
Menurut Blesser,
di abad 21 ini, bakteri yang selama ini sudah hidup di usus manusia
ribuan tahun lalu kini jumlahnya kurang dari 6 persen. Penelitian itu
dilakukan pada anak-anak di negara maju seperti AS, Swedia dan Jerman.
Penelitian menunjukkan penggunaan amoxilin, bisa menghilangkan 20-50
persen bakteri H.pylori. Efeknya, kanker usus kini jarang ditemukan.
Tetapi penyakit seperti kanker esofagus dan refluks meningkat drastis.
"Hal itu ada kaitannya dengan berkurangnya bakteri H.pylori yang
sebenarnya melindungi esofagus. Terganggunya keseimbangan bakteri ini
juga menyebabkan seseorang lebih mudah terkena asma dan alergi,"
katanya.
Wanita yang lahir di tahun 1940-an populasi bakteri di
tubuhnya masih normal karena pada saat itu baru dikenal dua jenis
antibiotik. Jika mereka punya anak perempuan, kemungkinan jumlah bakteri
baiknya sedikit berkurang, namun pada cucu dan cicitnya, jumlahnya
semakin berkurang lagi.
"Setiap generasi memiliki jumlah bakteri
yang makin sedikit. Saya tidak menyarankan agar bersikap anti pada
antibiotik tetapi dokter seharusnya bersikap bijaksana dengan melihat
manfaat dan kerugian dari peresepan antibiotik," katanya.
Sumber : http://health.kompas.com/read/2011/08/27/10084276/Antibiotik.dan.Kekebalan.Tubuh.Anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar