JAKARTA, KOMPAS.com — Pengetahuan masyarakat tentang
infeksi masih sangat terbatas. Sebagian masyarakat masih beranggapan,
apabila tubuh demam itu pasti karena adanya infeksi dan membutuhkan
antibiotik. Padahal sebenarnya tidak selalu demikian karena demam
merupakan salah satu gejala dan merupakan reaksi tubuh biasa.
Menurut
farmakolog dari Universitas Indonesia, dr Zunilda S Butami, MS, SpFK,
tubuh memiliki kemampuan untuk bereaksi terhadap adanya gangguan.
Reaksinya bisa sangat beragam, dan tidak serta-merta menunjukkan adanya
suatu infeksi.
Dalam literatur medis disebutkan bahwa selain
infeksi, tubuh juga dapat mengalami peradangan atau inflamasi sebagai
reaksi terhadap alergen (zat asing), iritasi fisik, ataupun kimia, luka,
dan juga infeksi.
Infeksi merupakan istilah yang digunakan ketika
masuknya mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan jamur ke dalam
tubuh. Infeksi tidak sama dengan inflamasi. Saat terjadi infeksi pasti
timbul peradangan, tetapi kalau peradangan, belum tentu akibat infeksi.
Salah
satu cara untuk memastikannya adalah observasi yang dilakukan oleh
dokter. Dokter biasanya akan memberikan obat antiradang untuk inflamasi,
sedangkan infeksi diobati dengan antibiotik (untuk bakteri). Pada
kasus anak batuk pilek, misalnya, mungkin hanya terjadi peradangan di
daerah tenggorokan akibat iritasi, jadi tak setiap radang membutuhkan
antibiotik.
Menurut Zunilda, sebagian besar masalah kesehatan yang
ada di masyarakat sebenarnya dapat diatasi sendiri. Namun, masyarakat
juga perlu untuk dicerdaskan melalui edukasi yang tepat.
"Pengetahuan
pasien dan masyarakat pada penyakit yang paling sering seperti diare
dan demam, bisa berhenti sendiri tanpa harus pakai antibiotik. Flu sudah
jelas virus, nggak perlu antibiotik. Flu tujuh hari juga
enggak apa-apa, tidak usah pakai antibiotik," kata Zunilda, saat ditemui
dalam seminar dan diskusi panel "Resistensi Mikroba: Mengapa dan Apa
yang Harus Kita Lakukan?" di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(FKUI) belum lama ini.
Penggunaan antibiotik secara tidak rasional
di masyarakat, lanjutnya, hanya akan menimbulkan resistensi kuman.
Apabila hal ini tidak ditangani secara cepat dan tepat, dapat berakibat
buruk dan menimbulkan beban yang lebih besar.
Zunilda menambahkan,
banyak dokter yang tidak yakin terhadap hasil diagnosisnya sendiri.
Seperti dalam kasus demam berdarah yang pasien biasanya akan mengalami
kekurangan cairan dan yang dibutuhkan adalah infus, bukan antibiotik.
"Apakah
diperlukan antibiotik? Ada infeksi kuman di mana? Saya menduga dia
(dokter) tidak yakin dengan diagnosisnya. Dia tidak banyak membaca.
Kalau banyak membaca, dia tahu bahwa sebagian besar anak dan dewasa
demam 2-3 hari itu infeksi virus," tutupnya.
Sumber : http://health.kompas.com/read/2011/06/13/11122651/Demam.Tak.Selalu.Butuh.Antibiotik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar